Nothing Imposible

Jumat, 20 Agustus 2010

Komposisi itu penting

Jangan pernah Anda bermimpi, bahwa seorang fotografer pemula itu bisa.. menghasilkan foto-foto yang baik tanpa belajar mengatur komposisi.
Apa pasal? Karena, hanya dengan komposisi, potensi sebuah foto dapat ditata dengan baik. Tidak hanya itu, komposisi juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk adanya kesan ruang. Ironisnya, seorang fotografer pemula ternyata justru sering mengabaikan komposisi. Perhatian dan konsentrasi mereka biasanya masih terpecah antara pengaturan jarak, kecepatan, pemilihan bukaan diafragma dan sebagainya atau juga mereka lebih “mengandalkan” kecanggihan teknologi kamera. Padahal untuk mempelajari komposisi tidak susah-susah amat. Ini hanyalah masalah membiasakan diri saja. Anda tinggal mempelajari dasar-dasar dari komposisi. Menurut pakar fotografi, Anto Djoemairi, di dalam fotografi, menyusun komposisi mempunyai pengertian atau batasan sebagai upaya menyusun elemen-elemen foto yang esensial seperti bentuk, nada, warna, pola dan tekstur di dalam batasan suatu ruang. Tujuannya untuk mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya dengan demikian, menjadi enak dipandang. Atas dasar tersebut, penyusunan komposisi membutuhkan adanya suatu ruang tertentu, yakni format. Format di sini adalah mengikat, dengan pengertian bahwa suatu komposisi yang baik dan pas pada format tertentu belum tentu cocok atau sesuai dalam format yang lain. Di dalam seni foto tidak ada keharusan untuk menggunakan format-format tertentu. Jadi kita bebas untuk menggunakan format menurut kehendak kita masing-masing. Kalau toh masih ada ikatan dalam format ini, hanyalah disebabkan tersedianya ukuran kertas foto dan film saja, yang mau tidak mau, sebagaimana layaknya dunia industri terikat pula pada aturan standarisasi. Itulah sebabnya, di dalam lomba foto, sering tidak disebutkan format yang diminta melainkan hanya disebutkan ukuran salah satu sisinya saja (minimal dan maksimal).

Komposisi

Untuk memperoleh komposisi yang baik, kita dituntut agar memiliki kepekaan tersendiri, yang lagi-lagi dapat diperoleh melalui latihan-latihan berkesinambungan secara tekun, serius dan intensif. Pandanglah sasaran atau objek foto dari berbagai sudut pandangan. Apabila dirasa perlu, aturlah sedemikian rupa sehingga terbentuk susunan yang menarik dan enak dipandang. Perhatikan juga latar belakang, sebab adakalanya latar belakang mempunyai andil yang cukup besar dalam hal mendukung atau malah menghancurkan objek foto. Demikian pula dengan latar depan kalau memang ada, dapat kita manfaatkan untuk batasan atau framing yang mampu menimbulkan kesan adanya ruang atau kedalaman.

Dari beberapa hal tersebut akhirnya dapat kita putuskan untuk merangkumnya secara keseluruhan ke dalam suatu batasan ruang. Dengan kata lain, kita telah menentukan format untuk objek tersebut. Andreas Feininger dalam bukunya berjudul “Successful Photography” memberikan saran yang dapat diikuti terutama bagi para pemula sebagai berikut adalah penting untuk memusatkan minat yang ada, mengatur garis-garis dan bentuk ke dalam pola yang harmonis, memberikan keseimbangan pada pembagian gelap dan terang dalam keseimbangan grafis serta menciptakan batas-batas tepi secara alami atau tidak mencolok mata.

Sudah barang tentu, hal ini hendaknya dilakukan sebelum rana ditekan, sampai penyusunan komposisi tersebut dirasa mantap. Seorang pelukis misalnya, memang dapat membuat perubahan-perubahan, tambahan dan sebagainya untuk memperbaiki komposisi, tapi bagi seorang fotografer, sekali ia menekan tombol rana, komposisi telah terekam dan tidak mungkin lagi untuk diubah.

Oleh karena itu sebelum tombol pelepas ditekan, seharusnya dia telah menyusun dan mengatur komposisi sedemikian rupa sehingga akan memberikan hasil yang baik dan untuk melakukan hal tersebut, ada beberapa tip dan pilihan langkah yang dapat diambil bagi para pemula, yaitu:

Pertama. Mengatur atau memberi pengarahan kepada subjek sedemikian rupa sampai mantap untuk memenuhi selera/keinginan dalam hal komposisi. Di sini ia bertindak seperti dan sebagai sutradara dalam pembuatan film cerita.

Kedua. Mengubah dan mencari sudut pemotretan sehingga dicapai suatu komposisi yang lebih baik. Ini lebih sering dilaksanakan pada pemotretan lanskap dan foto-foto arsitektur. Di mana mungkin, penggunaan lensa dengan jarak fokus yang lebih panjang daripada lensa normal; secara material akan dapat meningkatkan komposisi melalui “efek telephoto” (pada pemotretan yang menggunakan lensa tele, terjadi distorsi perspektif karena pemendekan jarak dalam pandangan, sehingga benda-benda yang jauh letaknya seakan-akan merapat dan seperti berhimpitan).

Ketiga. Menunggu saat atau momen yang tepat sebelum menekan tombol rana. Hal ini dilakukan pada pemotretan olahraga, tarian dan foto aksi lainnya yang banyak mengandung gerak adegan dan perubahan-perubahan bentuk secara mendadak di luar dugaan. Juga pada pemotretan yang dilakukan di tempat-tempat ramai seperti jalan, pasar dan sebagainya.

Keempat. Memperbaiki komposisi pada waktu mencetak foto. Ini sekarang lebih mudah dilakukan karena kamera dan alat pencetaknya sudah didukung teknologi digital. Lain halnya dengan film yang harus dilakukan sendiri oleh fotografer di kamar gelap.

Memudahkan

Bukan hanya dalam pola hidup saja, di dalam fotografi pun kesederhanaan lebih memudahkan dalam menyusun komposisi. Semakin sederhana gambar akan semakin kuat. Secara prinsipal, ini berarti bahwa setiap gambar atau foto hendaknya hanya berisi subjek tunggal saja. Pengisian gambar dengan subjek ganda akan mengacaukan center of interest dan membagi perhatian pengamat karena masing-masing subjek akan saling bersaing satu sama lain.

Dalam hal banyak subjek yang akan ditampilkan, lebih baik dibuat beberapa bidikan daripada menyajikannya dalam sebuah foto yang terlihat “riuh”. Kesederhanaan dapat pula diterapkan pada pemilihan latar belakang. Tentu saja latar belakang yang “riuh” justru dapat lebih menyita pandangan daripada subjek foto.

Dalam hal ini, apabila latar belakang tidak memberikan dukungan pada subjek dan penggantinya tidak mungkin dilakukan, dapat disederhanakan dengan membuat latar belakang tersebut menjadi kabur. Dengan latar belakang yang kabur, selain subjek menjadi lebih jelas dan menonjol, kesan adanya ruang (kedalaman) juga dapat timbul.

Permainan warna pun tidak luput dari adanya pengaruh terhadap pengaturan komposisi dan hal ini menyangkut komposisi warna. Dalam fotografi hitam putih misalnya, permainan warna ini muncul melalui simbol pada gradasi nada dari putih ke hitam dengan berbagai nuansanya. Lain dengan fotografi warna yang memang mampu menyajikan aneka macam warna yang cerah ceria.

Bukan berarti bahwa kita tidak boleh menampilkan warna-warna tersebut dengan sebanyak-banyaknya, tapi lagi-lagi dengan menerapkan prinsip kesederhanaan, justru akan lebih memperkuat foto daripada kaya akan warna tapi tersaji dalam kesimpangsiuran tanpa arti sebagai pendukung komposisi.

mKalau kita memang mampu menampilkan warna-warna tersebut dengan sebanyak-banyaknya, tapi lagi-lagi dengan menerapkan prinsip kesederhanaan, justru akan lebih memperkuat foto daripada kaya akan warna tapi tersaji dalam kesimpang siuran tanpa artis sebagai pendukung komposisi. Kalau kita memang mampu menampilkan aneka macam warna tersebut dengan baik dalam hubungannya dengan komposisi, ya baik saja dilakukan.
m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar